Selasa, 28 Maret 2017

Ketika Raffles jatuh cinta



Charles Wilkins yang pernah ditemui Sir Stamford Raffles diduga Thomas Jefferson sebagai orang yang paling berpengaruh bagi Raffles dalam pembentukkan watak keterpesonaannya terhadap sejarah negeri dan kemegahan artistiknya. Karena ditugaskan di sebuah gedung yang sama selama 4 tahun, kemungkinan besar Raffles banyak mendengarkan obrolan-obrolan Wilkins mengenai betapa negeri ini pada jaman dahulu memiliki semangat artistik yang tinggi. Tumbuhnya ketertarikan Raffles dengan sejarah negeri ini mendapat jalannya tatkala ia ditugaskan di Pulau Jawa dalam sebuah ekspedisi pengusiran aneksasi Perancis di tanah kolonial Belanda. Lamanya penugasan di Jawa itulah ia menemukan reruntuhan-reruntuhan dan sisa-sisa potongan sejarah Hindu-Budha yang terkubur, yang saat ini kita sebut sebagai candi.

Raffles mendapatkan bantuan memadai dalam penelitiannya mengenai Jawa. Ia memiliki beberapa asisten yang ditugaskannya untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai Jawa dan sejarahnya. Laporan terpenting yang dihasilkan oleh para asistennya itu mengabarkan tentang penemuan sebuah candi besar yang ditemukan tersembunyi di hutan rimba dekat Yogyakarta. Candi ini sama sekali tak diketahui Belanda, dan penemuan itu sungguh-sungguh membuat Raffles begitu gembira sehingga ia segera menuju lokasi ditemukannya candi tersebut. Candi itu kini dikenal dengan nama Borobudur.

Raffles terpesona melihat Candi Borobudur dan menyebutnya sebagai hasil karya seni. Ukiran-ukiran yang terdapat dalam Borobudur diimajikan dengan gambaran atsmosfer zaman keemasan, ketika manusia dan hewan pergi bersama-sama dengan gembira. Ia menghadirkan kembali—dalam bahasa Edward Wadie Said—imaji, irama, dan corak yang kembali direkayasanya. Memisalkan suatu contoh kepentingan Hegemonics dalam kebudayaan, Edward Said menunjukkan bahwa Colonialism dan Orientalism adalah hidung-hidung tertunjuk dalam kepeloporan kasus-kasus penggelapan sejarah dan nativisasi. 'Jasa Raffles' merupakan modal berharga bagi kolonialisme kebudayaan yang telah dimulai pada abad ke-19. Belanda yang mewarisi hasil kerja Raffles berhasil memanfaatkannya untuk misi kolonialisme dan ocehan sumbangnya tentang ‘pengadaban’.


EmoticonEmoticon